Pada 27 Mei 2011, Hannah Snider mengucap dua kalimah syahadah, mengumumkan imannya dalam Islam. Namun, wanita yang berasal Los Angeles, Amerika Syarikat ini, mengaku tidak menjadi seorang Muslim pada hari itu saja. "Saya selalu Muslim, tapi tidak menyedarinya. Saya selalu percaya pada satu Tuhan. Hati saya telah Muslim," katanya.
Pemikiran ini, katanya, tak hanya merupakan salah satu rukun yang paling dasar, namun yang paling penting dari sebuah agama.
Membesar dalam lingkungan yang tak pernah berkenalan dengan Muslim, Hannah tak pernah tahu tentang Islam. "Alasan saya tidak pernah tahu tentang agama agung ini kerana tidak ada yang pernah mengatakan kepada saya. Saya punya teman sebilik Muslim, telah bertemu dengan orang Muslim, tapi tak seorang pun memberitahu saya apa yang umat Islam yakini," katanya.
Akhirnya, setelah bertahun-tahun cuba untuk memahami tentang berbagai agama, seorang teman memintanya menjelaskan keyakinan dasarnya. Saat itu, dia mengaku percaya Tuhan tapi tak menganut satu agama pun. "Dia membetulkan saya dengan menjelaskan bagaimana Islam masuk ke dalam keyakinan saya, dan saya mulai meneliti dan belajar dan membaca Alquran," katanya.
Jujur, katanya, dia takut ketika menyedari bahawa Islam telah merasuki hidupnya. Tempat dia lahir dan dibesarkan, Amerika, tidaklah 'ramah' untuk umat Islam. "Dan setelah semua gambaran media yang negatif tentang Islam, semua teman-teman saya berpandangan sama tentang agama ini," tambahnya.
Namun, katanya, setelah ditelusuri, kebencian mereka pada Islam bersumber pada kurangnya pengetahuan tentang Islam, dan seringkali ceteknya pengetahuan akan agama mereka sendiri. Rasa takutnya bakal dibuang setelah memeluk Islam sirna, dan dia bertekad untuk boleh menjelaskan lebih jauh tentang Islam pada rakan-rakannya.
Dia pun bersyahadah.
Kini, diakui atau tidak, Hannah ibarat penghubung masyarakat bagi Islam. Orang ramai selesa mengajukan pertanyaan-pertanyaan padanya tentang agama barunya, baik di kedai runcit, atau di pasaraya, atau di pejabat. "Saya tidak pernah tersinggung. Ini adalah bahagian dari agama kita untuk menjangkau orang lain dan menyebarkan pesan Islam. Ini disebut dakwah," katanya.
Dia menjelaskan tentang Islam, tanpa berpura-pura menarik pengikut. "Beragama itu lahir dari kesedaran, bukan paksaan," tambahnya.
Harapannya, kalau pun mereka tidak setuju pada ajaran Islam, setidaknya boleh bertoleransi. "Menemui perbezaan, menemui kesamaan, dan merangkul mereka. Dan untuk populasi Muslim: sangat penting bahawa kita mengenal orang lain dan membantu mereka untuk memahami agama kita. Bukan bertengkar tentang hal itu dan membiarkan media menggambarkan kita," katanya.
[Turn to Islam , republika.co.id]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Terima kasih :)