Khamis, 26 Jun 2014

Mengatakan "Tidak Tahu" itu adalah sebahagian dari Ilmu

Pirates of the Carribean
"Ilmu itu tiga; kitab yang berbicara, sunnah yang berdiri tegak, dan Laa adri (saya tidak tahu)." [HR Abu Daud dan Ibnu Majah, dari Abdullah ibnu Umar. Hadits marfu']

Asy-Sya'bi berkata, "Laa adri adalah setengah ilmu. Barangsiapa berdiam diri dimana yang tidak diketahuinya kerana Allah Ta'ala, maka tidaklah kurang pahalanya daripada orang yang berkata-kata. Kerana mengaku jahil (bodoh) adalah berat bagi jiwa."

Begitulah adanya kebiasaan para sahabat dan ulama Salaf r.a.

Adalah Ibnu Umar r.a apabila ditanyakan kepadanya tentang fatwa maka menjawab, "Pergilah kepada amir itu yang memikul tanggungjawab segala urusan manusia. Maka letakkanlah urusan itu di atas bahunya."

Berkata Ibnu Mas'ud r.a, "Orang yang memberi fatwa kepada manusia mengenai tiap-tiap persoalan yang diminta mereka fatwanya, adalah gila." Seterusnya beliau berkata, "Benteng orang alim itu ialah 'Laa adri'. Jikalau dia menyalahkan benteng itu, maka sesungguhnya mendapat bencana lah tempat-tempat dia berperang."

Berkata Ibrahim bin Adham r.a, "Tidak adalah yang lebih menyulitkan bagi syaitan, selain dari orang alim yang berkata dengan ilmunya, dan berdiam diri dengan ilmunya. Syaitan itu berkata, "Lihatlah orang alim ini! Diamnya lebih sulit bagiku daripada perkataannya."

Abu Hafash an-Naisaburi berkata, "Orang alim itu ialah yang takut kepada pertanyaan, dimana ditanyakan kepadanya pada Hari Kiamat nanti, "Dari manakah jawapan itu kamu perolehi?"

Adalah Ibrahim at-Taimi apabila ditanyakan suatu masalah, lalu menangis, seraya berkata, "Apakah tuan-tuan tidak mendapat orang lain, maka tuan-tuan mendesak saya?"

Nabi S.a.w bersabda, "Maa adri (saya tidak tahu) , 'Uzair itu nabi atau bukan. Saya tidak tahu Tubba' [1]  itu terkutuk atau tidak. Dan saya tidak tahu, Dzulkarnain itu nabi atau bukan."  [HR Abu Daud dan al-Hakim, dari Abu Hurairah]

Tatkala Rasulullah S.a.w ditanyakan tentang tempat yang terbaik dan terburuk di bumi, maka Nabi S.a.w menjawab, "Laa adri (saya tidak tahu)." Sehinggalah datang Jibril a.s kepadanya, maka ditanyakannya. Lalu Jibril menjawab, "Laa adri." Sehingga diberitahu oleh Allah Azza wa Jalla, bahawa tempat yang terbaik ialah masjid dan tempat yang terburuk ialah pasar." [HR Ahmad, Abu Ya'la, al-Bazzar dan al-Hakim, dari Ibnu Umar]

Adalah Ibnu Umar r.a ditanyakan sepuluh masalah, maka dijawabnya satu dan berdiam diri dari yang sembilan. Dan Ibnu Abbas r.a menjawab sembilan dan berdiam diri dari yang satu.

Dalam kalangan Ulama Fiqh (Fuqaha') ada yang menjawab "Laa adri", di antaranya, Sufyan ats-Tsauri, Malik bin Anas (sehinggakan Imam Malik juga digelar sebagai Imam "Laa adri"), Ahmad bin Hanbal, Al-Fudhail bin 'Iyadh dan Bisyr bin al-Harits. 

Abdur Rahman bin Ali Laila berkata, "Aku mendapati dalam masjid ini 120 orang sahabat Rasulullah S.a.w. Tidak seorang pun dari mereka yang ditanyakan tentang hadits atau fatwa, melainkan lebih menyukai bahawa temannya saja cukup menjawabnya."

Berkata setengah mereka, "Adalah para sahabat Nabi S.a.w tolak-menolak pada empat perkara; menjadi imam, memegang wasiat, menyimpan simpanan dan memberi fatwa."

Berkata setengah mereka, "Adalah yang paling cepat memberi fatwa, ialah orang yang ilmunya paling sedikit. Dan yang paling menolak memberi fatwa, ialah orang yang paling wara' (menjaga diri dari kesalahan)."

Adalah para sahabat r.a dan tabi'en r.a itu sibuk pada 5 perkara iaitu; membaca al-Quran, memakmurkan masjid, berzikir kepada Allah Ta'ala, beramar ma'ruf dan bernahi mungkar.

Yang demikian itu ialah kerana mereka mendengar dari sabda Nabi S.a.w; "Tiap-tiap perkataan Anak Adam (manusia) adalah membebankan ke atas dirinya, tidak menguntungkan kepadanya, selain tiga perkara; amar ma'ruf atau nahi mungkar atau berzikir kepada Allah Ta'ala." [HR at-Turmudzi dan Ibnu Majah, dari Ummu Habibah. Turmudzi mengatakan ia Hadits Gharib]

Firman Allah Ta'ala mafhumnya; "Tiada kebaikan pada banyaknya bisikan-bisikan mereka, tetapi yang mendatangkan kebaikan ialah orang-orang yang menyuruh berbuat baik atau menyuruh mendamaikan manusia." [Surah an-Nisaa' : ayat 114]

[Imam al-Ghazali - Ihya' Ulumuddin, jilid 1]


Begitulah para Ulama Salaf dengan tawadhu' dan wara' nya mereka dengan ilmu. Bukan macam kita yang bernafsu untuk menunjuk pandai dan bermegah-megah dengan ilmu. Apa lagi dalam bab mengeluarkan fatwa @ hukum-hakam.

Demikian juga Al-Khulafa' ar-Rasyidin, padahal mereka adalah orang-orang yang diberi ilmu yang luas oleh Allah S.w.t. Jika mereka mengalami kesulitan dalam suatu pertanyaan, mereka mengumpulkan para sahabat, orang-orang yang berilmu dan mereka bermusyawarah dan meminta pendapat mereka. Dari sinilah timbul fatwa Jumhur Ulama (Ijtima') pada generasi pertama. [Dr Yusuf al-Qaradhawi]

Apa yang perlu kita ingat ialah, kita bukanlah Professor serba-tahu.

Semoga Allah jadikan kita orang yang tawadhu' dan wara'. Ya Allah, kami mohon dari-Mu keredhaan-Mu dan syurga, dan kami mohon dijauhkan dari kemurkaan-Mu dan neraka, amiin.

Wallahu a'lam ....... :-)

____________________________________________________________________

Nota kaki:

1 - Tubba' ialah orang suku Himyar, iaitu orang pertama yang menutupi Ka'bah dengan kain.

Unikversiti Designed by Templateism.com & Copy Blogger Themes

Dikuasakan oleh Blogger.