Masih ada lagi di antara kita yang merasakan, apabila bercakap soal politik dan pemimpin negara contohnya, hanya perlu berpandukan kepada Nabi S.a.w sahaja, TANPA mengambil kira contoh-contoh yang ditunjukkan dan diajar oleh para Sahabat r.a yang menjadi Khalifah.
Ingatlah, Nabi Muhammad S.a.w BUKAN menyuruh ikut contoh baginda SAHAJA, tetapi juga ikut contoh para sahabat, terutamanya Khulafa' Ar-Rasyidun.
Rasulullah S.a.w bersabda, maksudnya; "Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur-rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku, gigitlah dengan gigi geraham (pegang erat-erat) dan jauhilah perkara-perkara baru yang tidak diajarkan agama, kerana hal itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat." [Hadits Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dishohihkan syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’]
Sekian intro ringkas sebelum membaca tulisan dari arrahmah.com di bawah;
Jika kita melihat di zaman sahabat Rasulullah S.a.w saat Abu Bakar r.a dalam pidato politiknya yang pertama beliau berkata, "Wahai rakyat, aku dipilih memimpin kalian bukan berarti aku terbaik dari kalian. Kalau aku benar, sokonglah dan kalau salah, luruskan. Kejujuran adalah amanat, kebohongan adalah khianat. Orang kuat di antara kalian adalah orang lemah di sisiku sampai kuambil hak daripadanya. Orang lemah diantara kalian adalah kuat di sisiku sampai kuambilkan hak untuknya, insyaAllah. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah, melainkan ditimpakan kehinaan. Tidaklah suatu keruntuhan (gay) melanda suatu bangsa, kecuali Allah akan meratakan siksaannya. Taatlah kepadaku, selama aku taat kepada Allah. Bila aku melanggar Allah dan Rasul-Nya, tidak usah ditaati. Lakukanlah solat kalian semoga Allah merahmati kalian."
Prinsip dasar itu diikuti oleh Umar bin Khatab r.a, bermodal jiwa besar, dia berkhutbah, "Barangsiapa mendapatkan ketidakbetulan padaku, hendaklah diluruskan." Lalu berdiri seorang seraya berkata, "Sungguh kalau anda tidak betul, kami akan luruskan dengan pedang kami." Umar tidak marah sambil menyambut dengan ungkapannya, "Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menjadikan diantara umat Muhammad Shallalahu alaihi wa sallam ada yang berani meluruskan Umar dengan pedangnya."
Selain kebesaran jiwa pemimpin, hal itu menunjukkan keberanian umat islam dalam memantau, hal itu menunjukkan keberanian umat islam dalam memantau sepak terajang pemimpinnya. Mempersoalkan sikap dan perilaku pemimpin bukanlah suatu hal yang tabu bagi umat Islam. Suatu kali Umar bin Khattab berceramah, "Wahai rakyat dengarkanlah dan taati, Maka berdiri seseorang;" Tidak perlu mendengar dan taat wahai Ibnu Khatab. "Umar bertanya: kenapa? Orang itu memprotes, anda telah membahagi-bagi harta rampasan perang dan setiap orang dapat satu baju, sementara kami melihat anda memakai dua baju, dari mana yang satunya? Umar menjawab, "Hai Abdullah bin umar (anaknya) berdiri dan jelaskan." Abdullah bin umar berkata, "Aku melihat baju ayahku pendek, maka aku berikan bajuku kepadanya supaya cukup."
Demikian keberanian rakyat dalam Islam mempersoalkan kekayaan pemimpinnya. Mengapa demikian? Kerana kepimpinan bukan suatu prestasi untuk mengumpul kekayaan dan tidak pula diperolehi dengan mensia-siakan kekayaan. Tetapi kepimpinan adalah amanah yang tanggung jawabnya besar sekali.
Sila baca juga Majoriti pemimpin sekarang mewah
Seorang Muslim bukanlah semata-mata baik terhadap dirinya sendiri, melakukan amal soleh dan meninggalkan maksiat serta hidup di lingkungan khusus, tanpa peduli terhadap kerosakan yang terjadi di dalam masyarakatnya. Muslim yang benar-benar Muslim adalah orang yang soleh pada dirinya dan sangat bersemangat untuk memperbaiki orang lain. Dialah yang digambarkan oleh Allah S.w.t dalam QS Al-'Ashr,
"Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar." [Surah Al-'Asr : 1 - 3]
Sejarah (Islam) belum pernah mencatat suatu masa seperti saat ini; tentang lemahnya keyakinan, kerosakan akhlak, penyimpangan dari batas-batas agama dan meninggalkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, yang keduanya merupakan pagar (dinding) bagi (agama) Islam dan sebagai bukti atas wujud adanya keimanan.
Dan tiada suatu umat, dimana masyarakatnya telah meninggalkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, melainkan Allah akan menghinakan mereka dan mencabut cahaya ilmu dari hati sanubari para ulamanya. Justeru, kesesatan serta kejahilan terhadap segala persoalan agama dan urusan dunia akan meliputi orang-orang awam, sehingga mereka tidak dapat membezakan antara kemajuan dan kemunduran.
Kita wajib menyampaikan walaupun terhadap orang-orang kafir yang jelas akan di azab dan di siksa di neraka, kerana nanti kalau kita tidak menyampaikan kepada mereka, kita akan di salahkan oleh Allah s.w.t kenapa tidak memberi nasihat.
"Wahai Muhammad, ingatlah ketika sebahagian pendeta Yahudi berkata kepada pengikutnya;" Mengapa kalian memberi nasihat kepada teman-teman kalian yang durhaka yang Allah akan binasakan atau Allah akan adzab mereka di akhirat dengan azab yang berat? Mereka berkata; "Kami tidak mahu disalahkan oleh Tuhan kalian kelak di akhirat. Mudah-mudahan orang-orang yang durhaka itu mahu taat kepada Allah. "(Surah Al-Araaf : 164)
Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah adalah orang yang paling banyak menasihati sesama (tentunya sesudah dia sendiri mengamalkannya).
Rasulullah Shallalahu alaihi wasalam bersabda, "Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah yang paling banyak berkeliling di muka bumi dengan bernasihat kepada manusia (makhluk Allah)." (HR. Ath-Thahawi)
Al-Fudhail bin Iyadh berkata, "Seseorang tidak mendapatkan status yang tinggi diantara kami disebabkan sering solat atau puasa sunnah, melainkan mendapatkannya kerana kemudahan jiwa, kelapangan dada dan ketulusan dalam memberi nasihat."
Kedudukan penting amar makruf nahi mungkar
Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah (wafat th. 689 H) mengatakan, "Ketahuilah, bahawa amar makruf nahi mungkar adalah paksi yang paling agung dalam agama. Ia merupakan tugas penting yang kerananya Allâh mengutus para Nabi. Andaikan tugas ini ditiadakan, maka akan muncul kerosakan di mana-mana dan dunia akan hancur. "
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, "Amar makruf nahi mungkar merupakan penyebab Allâh Subhanahu wa Ta'ala menurunkan kitab-kitab-Nya dan mengutus para Rasul-Nya, serta bahagian inti agama."
Disini kami utarakan beberapa point penting tentang pentingnya amar makruf nahi mungkar
1. Perintah dan larangan adalah dua tugas agung yang diberikan pada umat Islam. Melalui kedua tugas ini, terangkatlah darjat seorang manusia.
"Wahai kaum mukmin, kalian benar-benar umat terbaik, yang dikeluarkan ke tengah manusia lainnya, supaya kalian menyuruh manusia berbuat baik, mencegah perbuatan mungkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya kaum Yahudi dan Nasrani mahu beriman kepada Al-Qur'an dan kenabian Muhammad, maka hal itu lebih menguntungkan mereka. Di antara kaum Yahudi dan Nasrani ada yang mahu beriman. Akan tetapi sebahagian besar mereka adalah penentang kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad." (QS Ali Imran [3] : 110)
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang selanjutnya yang menyebutkan "Menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." Merupakan kalimat baru yang mengandungi penjelasan tentang ciri khas yang membuat mereka menjadi umat yang terbaik, selama mereka berpegang teguh dan memelihara ciri khasnya tersebut. Namun, apabila mereka meninggalkan amar ma'ruf dan nahi mungkar-nya, maka akan lenyaplah predikat itu dari mereka. Dan Allah menjadikan mereka sebaik-baik umat bagi manusia kerana mereka selalu memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran, dan mereka memerangi orang-orang kafir agar masuk Islam, sehingga keberadaan mereka dirasakan manfaatnya oleh selain mereka. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah s.a.w: "Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain." Adapun menurut riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu dan sejumlah Tabi'in adalah umat yang paling baik dan paling berguna bagi umat lain. Oleh kerana itu, Allah berfirman "kamu menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah."
Sedangkan Imam Ahmad meriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, Dia berkata "seseorang bangkit dan menuju Nabi ketika di mimbar, lalu bertanya 'ya Rasulullah siapakah manusia yang paling baik? beliau bersabda: 'Manusia yang paling baik adalah yang paling tenang, paling bertaqwa, paling giat menyuruh kepada yang ma'ruf, paling rancak melarang kemungkaran dan paling rajin bersilaturahmi. Taghyir al-munkar (mengubah kemungkaran) adalah kewajiban atas setiap Muslim.
Hudzaifah rhadiyallohu anhu telah mengatakan bahawa kelak di akhir zaman akan datang kepada manusia suatu zaman yang di dalamnya mereka lebih suka bila bersama dengan bangkai keldai daripada seorang mukmin yang memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran. Musa A.Ş. berkata "Wahai Rabbku, apakah balasan yang mengajak saudaranya untuk mengerjakan kebajikan dan mencegahnya melakukan kemungkaran?" Allah berfirman, "Aku akan mencatatkan baginya untuk setiap kalimat yang diucapkannya sama dengan pahala ibadah satu tahun dan aku malu bila mengazabnya dengan neraka-Ku."
2. Islam adalah satu pakej saling ada keterkaitan, tidak hanya mereka menjalankan ibadah solat, berbuat kebaikan, zakat, zikir tetapi ada kewajipan untuk beramar ma'ruf nahi mungkar maka mereka akan mendapat rahmat dari Allah, termasuk golongan orang yang soleh, golongan yang beruntung Allah berfirman dalam Al -Qur'an.
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, setengahnya menjadi penolong bagi setengahnya yang lain; mereka menyuruh berbuat kebaikan, dan melarang daripada berbuat kejahatan; dan mereka mendirikan sembahyang dan memberi zakat, serta taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana." (QS at-Taubah [9] : 71)
"Mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat, menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran serta mereka bersegera melakukan kebaikan. Mereka itulah yang termasuk golongan shalih." (QS Ali Imran [3]114)
"Wahai Muhammad, berilah khabar gembira kepada orang-orang mukmin yang bertaubat yang beribadah yang memuji Allah, yang melakukan shalat pada tengah malam, yang ruku', yang sujud yang mengajak berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar serta orang-orang yang mentaati syariat Allah." (QS. At-Taubah [9] 112)
3. Allah menyebut orang yang solat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran sebagai penolong agamaNya dan salah satu sebab datangnya pertolongan dan sumber kekuatan.
"Sungguh Allah pasti menolong siapa saja yang membela agama-Nya. Sungguh Allah Maha Kuat lagi Maha perkasa menghancurkan kezaliman. Iaitu orang-orang mukmin adalah orang-orang yang ketika Kami beri kekuasaan di muka bumi, mereka melaksanakan solat, membayar zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah kemungkaran. Di akhirat kelak, hanya Allahlah pemberi balasan semua amal manusia (QS al-Hajj [22] : 40-41)
4. Tanda-tanda orang munafik dan kafir adalah menyuruh yang mungkar dan melarang dari yang baik, kikir dan Allah akan melaknatnya.
"Kaum munafik laki-laki dan perempuan, satu sama lain saling mengajak berbuat mungkar dan mencegah berbuat ma'ruf. Mereka berlaku kikir. Kaum munafik lupa kepada Allah. Kerana itu Allah melupakan mereka. Sesungguhnya kaum munafik adalah orang-orang yang durhaka." (QS. At-Taubah [9] : 67.
"Telah dilaknati orang-orang kafir dari kalangan Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan kerana mereka derhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak saling melarang perbuatan mungkar yang mereka lakukan. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." (QS Al-Maidah [5] : 78-79).
5. Wasiat Luqman kepada puteranya tentang Amar Ma'ruf Nahi Mungkar.
"Wahai anakku tersayang, laksanakanlah solat, suruhlah manusia berbuat baik dan cegahlah manusia berbuat dosa (mungkar). Bersabarlah kamu menghadapi segala cobaan yang menimpa dirimu. Sungguh, perbuatan demikian itu termasuk urusan yang berat." (QS Luqman [31] 17).
6. Begitu pentingnya Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar sehingga Rasul s.a.w sendiri memasukkan nya sebagai definisi Islam.
"Islam itu lapan bahagian, Islam satu bahagian, solat satu bahagian, zakat satu bahagian, puasa Ramadhan satu bahagian, haji ke Baitullah satu bahagian, dan amar 'ma'ruf satu bahagian, nahi mungkar satu bahagian, dan jihad satu bahagian. Celakalah orang yang tidak mempunyai bahagian. "(HR. Abu Ya'la)
Al-Hakim meriwayatkan dari Rasulullah s.a.w, dia bersabda, "Islam itu menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan solat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadhan, haji, amar makruf nahi mungkar dan mengucapkan salam terhadap keluargamu, barangsiapa mengurangkan sesuatu dari semua itu, maka dia telah meninggalkannya, maka dia telah membelakangkan Islam di belakangnya.
Kata ma'ruf merangkumi semua yang dituntut dan dibenarkan oleh syariat Islam, baik berupa kewajiban (fardhu), sunnah, atau mubah. Sedangkan kata mungkar merangkumi semua yang tidak dibenarkan oleh syariat atau yang diperintahkan oleh Allah untuk dielakkan dan disingkirkan, termasuk hal-hal yang haram dan makruh.
Tugas kaum muslimin adalah menegakkan dan memelihara seluruh komponen Islam. sebagai penunjuk tegaknya Islam ialah wujudnya pemerintahan Islam di dunia Allah berfirman,
"Sungguh Allah pasti menolong siapa saja yang membela agama-Nya. Sungguh Allah Maha Kuat lagi Maha perkasa menghancurkan kezaliman. Iaitu orang-orang mukmin adalah orang-orang yang ketika Kami beri kekuasaan di muka bumi, mereka melaksanakan solat, membayar zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah kemungkaran. Di akhirat kelak, hanya Allahlah pemberi balasan semua amal manusia." (QS al-Hajj [22] 40-41).
Bahkan pada solat pun meski kita telah memilih Imam (pemimpin) yang paling alim dan paling soleh misalnya seperti Nabi Muhammad, tetap saja kita berkewajiban mengingatkan Imam jika mereka salah atau lupa dalam solat. Apalagi jika manusia itu di bawah level Nabi seperti wali, ulama, murobi, dan sebagainya. Ini Nabi sendiri yang memerintahkan.
Bahkan Nabi menyatakan bahawa jihad paling utama adalah menyampaikan kebenaran di depan penguasa yang zalim dan kejam meski dia menanggung risiko hukuman yang amat berat.
"Seutama-utamanya jihad adalah perkataan yang benar terhadap penguasa yang zalim." (HR Ibnu Majah, Ahmad, At-Tabrani, Al-Baihaqi, An-Nasai dan Al-Baihaqi)
"Barangsiapa melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, dengan lisannya, dan jika tidak mampu, dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR Muslim).
Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman yang dimaksud disini bukanlah bahawa orang yang lemah itu jika mengingkari dengan hatinya bererti keimanannya lebih lemah dari keimanan orang selainnya dirinya. Akan tetapi yang dimaksudkan adalah bahawa hal itu merupakan serendah-rendah keimanan. Kerana yang namanya amal perbuatan yang nyata itu merupakan buah iman. Buah yang tertinggi dalam persoalan nahi mungkar adalah mencegah dengan menggunakan tangannya. Jika dia sampai mati terbunuh, maka dia bererti mati syahid. Dalam mengisahkan Luqman, Allah Ta'ala berfirman;
"Wahai anakku tersayang, laksanakanlah shalat, suruhlah manusia berbuat baik dan cegahlah manusia berbuat dosa (mungkar). Bersabarlah kamu menghadapi segala cobaan yang menimpa dirimu. Sungguh, perbuatan demikian itu termasuk urusan yang berat." (QS Luqman [31] : 17)
[Islampos]
Sila baca juga Batas kewajiban taat kepada pemerintah
p/s: Tetapi banyak perkara juga yang perlu pendakwah-pendakwah ingat, antaranya;
Berdakwah dengan hujjah, bukan dengan kata-kata kesat, mencarut dan seumpamanya.
Perlu sentiasa belajar, bukan membiarkan diri terus jahil. Perlu keluar dari kepompong kejahilan.
Walaupun berdakwah melalui internet, belajar lah untuk senyum.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Terima kasih :)