Foto kredit: upgradereality.com
Oleh Dr Abdul Mannan
Ketika ini, kebohongan seakan telah menjadi tradisi. Korupsi jadi budaya. Tetapi, bagaimanapun kita tidak boleh terpedaya. Al-Quran telah mengingatkan kita untuk istiqamah dalam iman. Kelak akan ada sebuah dialog menarik di dalam neraka yang patut kita renungkan. Peserta dialog terdiri daripada penghuni neraka, syaitan, para pemimpin yang sombong (ketika di dunia memimpin dengan hawa nafsunya), serta para pengikut setianya.
"Dan mereka semuanya (di Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong," Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan kami dari azab Allah (walaupun) sedikit sahaja? Mereka menjawab, "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, nescaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh atau kah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri."
"Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan," Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kamu dengan janji yang benar dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu. "Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih." (Surah Ibrahim : 21 - 22).
Ayat di atas (21), mendeskripsikan secara jelas bahawa masyarakat atau kaum yang membantu pemimpinnya untuk sombong secara terus-menerus berbuat kerosakan dengan menuruti hawa nafsunya, maka kelak pemimpin dan yang dipimpin akan sama-sama masuk neraka.
Oleh kerana itu, berhati-hatilah dalam memilih pemimpin. Salah memilih pemimpin, kita akan rugi di dunia dan sengsara di akhirat. Begitu pula tatkala memegang amanah sebagai pemimpin, harus lebih hati-hati lagi. Sebab, seorang pemimpin bertanggungjawab terhadap masyarakat yang dipimpinnya, baik di dunia mahupun di akhirat.
Ayat berikutnya (22) menjelaskan perihal pengakuan syaitan di hadapan Allah setelah selesainya urusan hisab di Padang Mahsyar. Syaitan mengatakan bahawa dia hanya boleh menggoda manusia. Siapa yang tergoda maka dia akan tersesat dari kebenaran, sehingga mereka memandang kejahatan sebagai perbuatan yang baik dan terpuji. Maka, tidaklah hairan jika Allah memerintahkan kita untuk berfikir, mengambil pelajaran, dan terus-menerus mengingati kebesaran-Nya, agar tidak terjerumus dalam kesesatan.
Terhadap keadaan seperti itu, jangankan Tuhan, syaitan pun mengolok manusia untuk mencerca dirinya sendiri. Maka dari itu, waspadalah jangan sampai tertipu dan mencerca diri sendiri kerana kebodohan kita mematuhi seruan syaitan dan mengabaikan peraturan Tuhan. "Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (Surah Faathir : 5). Wallahu a'lam.
[Di olah dari Republika]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Terima kasih :)