Sebagai ibubapa, kita mungkin sering mengadu perilaku anak-anak yang kurang sesuai dengan harapan kita. Walaupun jika dilihat lebih jauh, sebenarnya orang tualah yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan perilaku anak tersebut. Di antara perilaku anak yang sering kita dapati adalah lancang (berani melawan orang tua) dan pemarah.
Dalam menyikapi hal ini, diperlukan pendidikan yang tepat terhadap anak, terutama pendidikan terhadap keseimbangan emosi anak. Sebagai orang tua, sudah seharusnya memahami cara mendidik anak dengan baik. Dalam tulisan ini, ada tujuh kaedah yang akan membantu orang tua dalam mendidik anak, terutama untuk menghilangkan sikap lancang, pemarah dan sikap negatif lain pada si anak dengan pendidikan dan sikap yang positif dari orang tua.
1. Melatih anak mengungkapkan isi hatinya
Orang tua hendaklah mengajarkan kepada anak bagaimana mengungkapkan isi hatinya dengan kata-kata. Kerana kadangkala anak memilih mengungkapkan isi hatinya dengan perilaku-perilaku yang tidak baik, misalnya marah-marah, berteriak, menggigit kuku, merobek baju dan perilaku negatif lain sebagai bentuk ungkapan isi hati mereka. Oleh kerana itu, orang tua sudah seharusnya mengajarkan kepada anak, bagaimana mengungkapkan isi hati mereka dengan berbicara baik-baik.
2. Memberikan pujian
Apabila anak sudah boleh mendedahkan isi hatinya yang sedang kesal dengan pembicaraan yang baik, sebaiknya kita memberikan pujian kepadanya. Selain itu kita juga terus membantu untuk mendedahkan perasaannya, terutama perasaan-perasaan negatif seperti kesal, jengkel, marah, iri hati. Perilaku orang tua seperti ini jauh lebih baik dari pada sekadar diam atau bahkan malah memarahi si anak.
3. Mengabaikan kemarahan si anak
Mengabaikan kemarahan si anak, bukan bermakna kita tidak mempedulikan mereka, akan tetapi ketika anak mulai marah sebaiknya kita tidak tergesa-gesa memberikan perhatian. Kerana, jika si anak mengira bahawa kemarahan boleh menarik perhatian kita, maka anak akan semakin sering melakukannya. Hal yang perlu dilakukan orang tua adalah dengan mendatangi si anak yang sedang marah tadi, kemudian menjelaskan bahawa bukan kemarahan anak yang membuat orang tua jadi perhatian, tetapi ada perkara penting yang perlu dibicarakan antara orang tua dan anak. Dengan ini diharapkan si anak akan terlupa dari marahnya dan beralih ke dialog dengan orang tua.
4. Tegas
Jika si anak tetap dalam sikap lancang atau marah, satu masa orang tua juga harus bersikap tegas kepada anak, tetapi dengan sikap tenang dan tidak marah-marah. Kerana, jika orang tua menasihati anak untuk tidak marah, tetapi dia sendiri dalam keadaan marah, anak justeru sukar untuk menerima nasihat itu. Dalam memberi nasihat, orang tua seharusnya juga memberi contoh secara langsung.
5. Jangan menghukum anak
Ketika anak terus-menerus marah atau bersikap lancang, sebaiknya orang tua tidak menghukumnya. Tetapi, orang tua harus terus-menerus memberikan arahan dan nasihat sekaligus memberikan anak kesempatan untuk mengungkapkan kekesalannya. Orang tua juga membantu anak untuk mendedahkannya, boleh melalui dialog atau lain, sehingga anak boleh dengan mudah mendedahkan apa yang sedang difikirkannya. Bagi orang tua, lebih bagus lagi jika sering-sering mengungkapkan perasaan sayangnya kepada anak.
6. Permainan menahan emosi
Sebagai orang tua, hendaklah membiasakan diri untuk memberikan anak permainan-permainan yang dengannya anak-anak boleh dilatih untuk menetapkan emosi mereka. Misalnya, dengan memberikan bintang (nilai) kepada anak yang boleh menahan emosi mereka pada masa yang sebenarnya hal itu mudah membuat mereka marah. Kemudian memberikan dua bintang untuk anak yang sudah marah, tetapi mampu meredam amarahnya dengan mendedahkan kemarahan itu melalui kata-kata atau dialog. Dan permainan-permainan lain yang pada dasarnya dapat melatih anak-anak bagaimana mengungkapkan kemarahan dengan cara yang benar.
7 . Berikan pemahaman akan hakikat marah
Kemudian, orang tua hendaknya selalu menanamkan pemahaman kepada anak, bahawa seorang yang kuat adalah orang yang boleh menahan dirinya, sebagaimana sabda Nabi S.A.W, "Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam berkelahi, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika sedang marah..." [Hadits Muttafaq Alaih]
Orang tua harus menanamkan makna hadis ini serta mengingatkan mereka bahawa kejahatan pertama dalam sejarah umat manusia adalah terbunuhnya Habil di tangan Qabil. Salah satu sebabnya adalah kerana Qabil mendedahkan kemarahan dengan cara yang salah, dan akhirnya hanya menimbulkan penyesalan, sebagaimana pepatah Arab mengatakan, "Marah, bermula dengan kegilaan dan di akhiri dengan penyesalan." Anak-anak juga perlu diajar bagaimana mengatur amarah mereka dengan Isti'adzah, berwudhu dan mengubah kedudukan dari berdiri ke duduk dan seterusnya sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi S.A.W.
Dari pengalaman beberapa orang, ada beberapa cara untuk menghilangkan marah pada anak. Salah satu orang tua memberikan cermin kepada anaknya yang sedang marah dan berkata kepadanya, "Cuba lihat wajahmu di cermin!" Setelah beberapa saat, anak pun berhenti marah bahkan malah tertawa.
Cara lain yang dilakukan salah satu orang tua adalah, ketika anak marah orang tua membuat sebuah garis di atas kertas yang di gantung di dinding, jika si anak tidak jadi marah, maka orang tua mengeluarkan garis tersebut, begitu seterusnya sampai anak akan melihat sendiri betapa kerapnya dia marah. .
Ada juga seorang ayah yang membuat perjanjian dengan anaknya, bahawa ketika si anak marah dia akan mendedahkan kemarahan itu dengan menulis di kertas. Lain lagi dengan orang tua yang menghadapi kemarahan anaknya dengan hal-hal yang lucu. Cara-cara di atas terbukti boleh mengawal amarah pada beberapa anak, tentunya setiap anak akan berbeza pula cara menanganinya.
Dari beberapa cara di atas, hal yang tidak boleh kita lupakan sebagai orang tua adalah senantiasa memahamkan kepada anak, bila, di mana dan kepada siapa marah itu boleh dilakukan. Jika anak mampu mencapai tahap ini dalam mengatur emosi mereka, maka inilah yang dinamakan "Kecerdasan emosi." Hal ini sangat penting untuk menjaga kesihatan mental anak-anak dan dengan melakukan cara-cara di atas, diharapkan anak kita boleh mencapai "Kecerdasan emosi".
Artikel ini diadaptasi dari artikel Dr. Jasem Al-Matuu' di saaid.net oleh pasukan redaksi alislamu.com
[Arrahmah]
"Wahai orang-orang beriman! Jagalah diri kamu dan ahli keluarga kamu dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." [Surah al-Tahrim, ayat 6]
Mujahid mengatakan, "Bertaqwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga kalian untuk bertaqwa kepada Allah." Sedangkan Qatadah mengatakan, "Yakni hendaklah engkau menyuruh mereka berbuat taat kepada Allah dan mencegah mereka durhaka kepadaNya. Dan hendaklah engkau menjalankan perintah Allah kepada mereka dan perintahkan mereka untuk menjalankannya, serta membantu mereka dalam menjalankannya. Jika engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, peringatkan dan cegahlah mereka."
Demikian pula apa yang dikatakan oleh adh-Dhahak dan Muqatil ibnu Hayyan, dimana mereka mengatakan, "Setiap Muslim wajib mengajari keluarganya, termasuk kerabat dan hamba sahayanya, berbagai hal berkenaan dengan hal-hal yang diwajibkan oleh Allah Ta'ala kepada mereka dan apa yang dilarangNya." [1]
Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitab tafsirnya al-Tafsir al-Munir mentafsirkan: "Wahai orang-orang beriman! Ajarkanlah diri kamu sendiri, isteri kamu, anak-anak kamu tentang kebaikan dan didiklah dengan cara menyuruh mereka melakukan kebaikan dan mencegah mereka dari melakukan kejahatan. Dengan itu, kamu akan memelihara diri kamu dan keluarga kamu dari neraka". [2]
"Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan pengajaran yang baik, dan berdialoglah dengan cara yang lebih baik, Allah lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan siapa yang mendapat petunjuk." [Surah an-Nahl : Ayat 125]
Sila lihat juga Kisah keberanian para remaja di zaman Rasulullah S.a.w
Nota kaki:
1 - Tafsir Ibnu Katsir - Imam Ibnu Katsir
2 - Tafsir al-Munir - Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani