Rasulullah s.a.w. bersabda; “Apabila seseorang menyayangi saudaranya, hendaklah dia mengatakan sayang kepadanya.” (Hadits Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi, hadits shahih)
Dari segi psikologi pun, seseorang yang diucapkan sayang (cinta atau kasih) padanya akan merasa lebih dihargai dan diambil berat. Dan boleh juga mengelakkan berlaku salah faham, jika seseorang itu memarahi dan menasihatinya kerana sayangkannya. Jika tidak diucapkan sayang padanya, mungkin dia merasakan orang itu membencinya.
Ucapan cinta / sayang ini penting bagi ibubapa terhadap anak-anak (dan begitulah sebaliknya), juga kepada suami isteri, ahli keluarga, saudara mara, sahabat handai dan sebagainya.
Tetapi cara ucapannya sudah tentu berbeza apabila berhadapan dengan orang yang berbeza. Takkan seorang kawan mahu mengucapkan perkataan yang sama dengan ucapan terhadap isteri dan suaminya? Maka, dari ucapan "Aku cinta sama kamu" yang sesuai untuk pasangan suami isteri, jika diucapkan kepada sahabat handai pula, mungkin yang sesuainya ialah "aku sayang kamu sebagai saudara Muslim", sebagai contoh. Perlukan kebijaksanaan dalam meluah, bukannya sembrono sahaja.
Dari segi psikologi pun, seseorang yang diucapkan sayang (cinta atau kasih) padanya akan merasa lebih dihargai dan diambil berat. Dan boleh juga mengelakkan berlaku salah faham, jika seseorang itu memarahi dan menasihatinya kerana sayangkannya. Jika tidak diucapkan sayang padanya, mungkin dia merasakan orang itu membencinya.
Ucapan cinta / sayang ini penting bagi ibubapa terhadap anak-anak (dan begitulah sebaliknya), juga kepada suami isteri, ahli keluarga, saudara mara, sahabat handai dan sebagainya.
Tetapi cara ucapannya sudah tentu berbeza apabila berhadapan dengan orang yang berbeza. Takkan seorang kawan mahu mengucapkan perkataan yang sama dengan ucapan terhadap isteri dan suaminya? Maka, dari ucapan "Aku cinta sama kamu" yang sesuai untuk pasangan suami isteri, jika diucapkan kepada sahabat handai pula, mungkin yang sesuainya ialah "aku sayang kamu sebagai saudara Muslim", sebagai contoh. Perlukan kebijaksanaan dalam meluah, bukannya sembrono sahaja.
Anas r.a. mengatakan bahwa seseorang berada di sisi Rasulullah saw., lalu salah seorang sahabat melewatinya. Orang yang berada di sisi Rasulullah tersebut mengatakan, “Aku mencintai dia, ya Rasulullah.” Lalu Nabi bersabda, “Apakah kamu sudah memberitahukan dia?” Orang itu menjawab, “Belum.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Beritahukan kepadanya.” Lalu orang tersebut memberitahukannya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.” Kemudian orang yang dicintai itu menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.” (Abu Dawud, dengan sanad shahih)
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak seorang hamba mukmin yang berdoa untuk saudaranya dari kejauhan malainkan malaikat berkata, ‘Dan bagimu seperti itu’.” (HR Muslim)
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)
“Tidak ada dua orang muslim yang berjumpa lalu berjabat tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (HR. Abu Dawud)
“Janganlah kamu meremehkan kebaikan apapun, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah ceria.” (HR. Muslim)
Dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bertemu saudaranya dengan membawa sesuatu yang dapat menggembirakannya, pasti Allah akan menggembirakannya pada hari kiamat.” (HR. Thabrani)
Dari Anas bahwa, “Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran hati.” (HR. Thabrani)
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim)
“Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan diakhirat? Memberi maaf orang yang mendzalimimu, memberi orang yang menghalangimu dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskanmu” (HR. Al-Baihaqi)
“Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan saum?” Sahabat menjawab, “Tentu saja!” Rasulullah pun kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim)
“Sesungguhnya Rahmat itu tidak diturunkan kepada kaum yang di dalamnya ada seorang pemutus tali persaudaraan.” (HR. Bukhari)
“Tidak masuk syurga orang yang memutus tali persaudaraan.” (HR. Bukhari dan Muslim)