Perjalanan Umar r.a ke Wilayah Syam Tahun 15 H
Kisah ini disebutkan oleh Abu Ja'far ath-Thabari dari riwayat Saif bin Umar. [139] Adapun ringkasan yang telah disebutkannya ataupun orang-orang lain yang mengikutinya sebagai berikut:
Ketika Abu Ubaidah selesai menakluki Damsyik, dia segera menulis surat kepada penduduk Iliya (nama Jerusalem pada masa itu) agar mereka memeluk agama Allah dan masuk Islam, atau mereka membayar jizyah, jika tidak maka mereka akan diperangi. Namun mereka enggan menerima tawaran itu. Akhirnya Abu Ubaidah segera mengerahkan segenap pasukannya untuk menyerbu mereka dan dia melantik Said bin Zaid sebagai pimpinan sementara di Damsyik. Setelah itu dia mulai mengepung Baitul Maqdis hingga mereka tersepit dan meminta damai dengan syarat yang datang langsung adalah Amirul mukminin Umar bin al-Khaththab. Abu Ubaidah segera menulis surat kepada Umar bin al-Khaththab, dan Umar r.a terus mengumpulkan para sahabat untuk bermusyawarah. Utsman r.a menyarankan agar Umar tidak pergi memenuhi tuntutan tersebut agar mereka semakin dihinakan. Namun Ali r.a menyarankan agar Umar memenuhi permintaan mereka datang ke Baitul Maqdis dan hal ini pasti akan lebih meringankan pasukan Islam yang telah bersusah payah mengepung mereka namun tidak berhasil menaklukinya hingga kini. Akhirnya Umar cenderung memilih pendapat Ali. [140]
Saif bin Umar menyebutkan dalam riwayatnya bahawa Umar menaiki kudanya dari Madinah agar segera sampai ke Baitul Maqdis setelah melantik Ali bin Abi Thalib r.a sebagai pengganti sementara di Madinah. Maka Umar berjalan hingga sampai di Jaabiyah. Dia telah menulis surat kepada para panglima pasukan untuk bertemu dengannya pada hari yang telah ditentukan di Jaabiyah, dan akhirnya mereka bertemu di sana. Orang yang pertama kali bertemu dengan Umar adalah Yazid bin Abi Sufyan, kemudian Abu Ubaidah, setelah itu pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid dan mereka berpelana dengan kain sutera. Ketika umar mengingkari mereka dan memerintahkan agar pelana itu dilepaskan, mereka beralasan bahawa pelana tersebut sangat penting bagi mereka dalam peperangan, apalagi untuk membawa senjata di atasnya. Akhirnya Umar diam dan memakluminya.
Seluruh panglima pasukan berkumpul setelah melantik pengganti mereka sebagai wakil di tempat masing-masing, kecuali Amr bin al-Ash dan Syarahbil, kerana keduanya sedang menghadapi al-Arthabun di Ajnadain. [141]
Ketika Umar r.a berada di Jabiyah tiba-tiba sekelompok tentera Romawi datang dengan pedang-pedang terhunus. Maka kaum muslimin segera menghalang mereka dengan senjata masing-masing, namun Umar berkata, "Sesungguhnya mereka datang ingin mencari perlindungan. Kaum muslimin segera menemui mereka dan ternyata mereka adalah para tentera dari Baitul Maqdis yang hendak meminta perlindungan dan perdamaian kepada Amirul mukminin ketika mereka mendengar kedatangannya, maka Umar segera memenuhi permintaan mereka. [142]
Pidato Umar Ketika Di Jabiyah
Umar sempat berpidato panjang lebar di Jabiyah dengan pidato yang begitu padat berisi, di antara perkataannya, "Wahai para hadirin, perbaiki apa-apa yang tersembunyi di hati kalian maka akan baik apa-apa yang nampak di luar diri kalian, dan beramal-lah untuk akhirat kalian nescaya akan dicukupkan urusan dunia kalian, ketahuilah sesungguhnya tidak ada seorang pun yang memiliki seorang ayah yang masih hidup dapat menghubungkan dirinya dengan Adam, dan tidak ada penghubung antara dirinya dan Allah, maka barangsiapa yang menginginkan jalan ke syurga, hendaklah mengikuti Jama'ah kerana syaitan akan selalu bersama seseorang yang menyendiri, dan akan lebih jauh dari dua orang, dan janganlah salah seorang dari kalian berduaan dengan seorang wanita kerana syaitan pasti menjadi yang ketiganya, barangsiapa yang bergembira dengan kebaikannya maka dialah seorang mukmin." Khutbahnya masih panjang tetapi sengaja kami ringkas. [143]
Perjalanan Menuju Al-Quds
Kemudian Umar terus berjalan hingga membuat perdamaian dengan warga Nasrani di Baitul Maqdis, dan Umar mengisyaratkan kepada mereka untuk mengusir semua orang Romawi dalam tempoh tiga malam. Setelah itu Umar memasuki Baitul Maqdis, dan masuk ke Masjid dari arah Rasulullah S.a.w masuk ketika peristiwa Isra' Mi'raj. Ada yang menyebutkan bahawa Umar mengucapkan "talbiyah" ketika memasukinya kemudian mengerjakan shalat dua raka'at berdekatan Mihrab Daud, dan sempat mengerjakan Sholat Subuh di sana bersama seluruh kaum muslimin. Pada raka'at pertama beliau membaca Surah Shad dan kaum muslimin turut sujud bersamanya, dan pada raka'at kedua beliau membaca Surah Bani Israel." [144]
Umar segera menulis surat jaminan keamanan dan perdamaian untuk penduduk Baitul Maqdis, dengan konsekuensi mereka harus membayar jizyah, dan Umar juga memberikan persyaratan kepada mereka sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Jarir. [145] Dan yang menjadi saksi atas perjanjian tersebut adalah Khalid bin al-Walid, Amr bin al-Ash, Abdurr Rahman bin Auf, Mu'awiyah bin Abi Sufyan, dan dialah yang menjadi juru tulisnya. Peristiwa ini terjadi pada tahun 15 H.
Setelah itu Umar menulis surat perdamaian yang lain untuk penduduk Lud [146] dan orang-orang yang di sana, dan Umar mengenakan ke atas mereka tebus diri (jizyah) dan mereka masuk pula ke dalam perjanjian damai dengan penduduk Iliya. Adapun Arthabun, dia melarikan diri ke Mesir dan bermukim di sana hingga akhirnya negara itu ditakluki oleh Amr bin al-Ash. Setelah itu dia melarikan diri ke laut memimpin sebahagian rombongan tentera yang memerangi kaum muslimin. Suatu ketika dia ditangkap oleh seorang dari Bani Qais, namun dia berhasil memotong tangan orang itu, akhirnya orang-orang Bani Qais membunuhnya. Kemudian orang itu melantunkan bait syair: [147]
Jika Arthabun orang Romawi telah berhasil merosakkan tanganku
Tetapi alhamdulillah tanganku telah banyak bermanfaat
Jika Arthabun orang Romawi telah memotongnya, tetapi aku juga telah berhasil memotong-motong tubuhnya.
Hasil Kunjungan Umar dan kebijaksanaannya di Baitul Maqdis
Ibnu Katsir berkata, "Telah diceritakan kepada kami bahawa ketika Umar r.a memasuki Baitul Maqdis dia bertanya kepada Ka'ab al-Ahbar, tentang letak as-Sakhrah (batu besar tempat nabi diangkat ke langit pada peristiwa Mi'raj, pent.) Maka dia berkata, "Wahai Amirul mukminin ukurlah dengan depamu sekitar beberapa depa dari Wadi Jahanam, maka di situlah tempatnya." Maka mereka mulai menghitungnya dengan beberapa depa yang telah ditentukan, akhirnya mereka menemuinya, dan orang-orang Nasrani telah menjadikannya sebagai tempat pembuangan sampah sebagaimana orang-orang Yahudi mengotori al-Qamamah tempat orang yang menyerupai Isa disalib. Kaum Yahudi dan Nasrani meyakini bahawa Nabi Isa-lah yang disalib, padahal mereka berdusta dan keliru dalam keyakinan ini, sebagaimana yang telah, diterangkan Allah dalam al-Qur'an. [148]
Maksudnya bahawa ketika orang-orang Nasrani menguasai Baitul Maqdis sekitar 300 tahun sebelum Rasulullah S.a.w di utus, mereka membersihkan tempat al-Qamamah setelah itu mereka membuat bangunan gereja yang sangat besar atas perintah Ibu kepada Raja Konstantin pendiri kota yang kelak disandarkan kepada namanya dengan nama Konstantinopel, sedangkan nama ibunya Helen (Hilanah al-Bundaqaniyah), dialah yang memerintahkan anaknya untuk membangunkan bagi kaum Nasara Bettlehem tepat ditempat dilahirkannya Isa a.s, menurut anggapannya bahawa dia telah membangun tepat di atas kuburan Isa.
Maksudnya bahawa orang Nasrani menjadikan qiblat orang Yahudi menjadi lubang sampah, sebagai balasan perbuatan orang-orang Yahudi terhadap mereka di waktu lampau.
Maka ketika Umar menakluki Baitul Maqdis dan dia mengetahui dengan tepat di mana tempat Sakhrah, Umar memerintahkan agar tempat tersebut dibersihkan, sampai ada yang mengatakan bahawa Umar membersihkannya dengan selendangnya, setelah itu dia bermusyawarah dengan Ka'ab mengenai tempat masjid yang akan dibangun, maka Ka'ab memerintahkan agar masjid dibangun di belakang Sakhrah. Umar segera menepuk dadanya dan berkata, "Wahai anak Ummi Ka'ab engkau ingin menyerupai kaum Yahudi." Maka Umar memerintahkan agar masjid di bangun di depan Baitul Maqdis.
Imam Ahmad berkata, "Telah berkata kepada kami Aswad bin 'Amir, telah berkata kepada kami Hammad bin Salamah dari Abu Sinan dari Ubaid bin Adam, dan Abu Syu'aib, bahawa ketika Umar bin al-Khaththab berada di Jabiyah, dia menyebutkan perihal penaklukan Baitul Maqdis, Imam Ahmad berkata, 'Berkata Ibnu Salamah, telah berkata kepadaku Ibnu Sinan dari Ubaid bin Adam, aku mendengar Umar berkata kepada Ka'ab, "Menurut pendapatmu di mana aku harus shalat?" "Jika engkau menurut pendapatku maka shalatlah di belakang Sakhrah dengan begitu seluruh al-Quds berada di depanmu," Umar berkata padanya, "Engkau meniru orang-orang Yahudi, tidak! Aku akan shalat di tempat shalatnya Rasulullah S.a.w." Maka Umar segera maju menghadap kiblat dan mengerjakan shalat, setelah itu dia bangkit dan membentangkan selendangnya kemudian mulai menyapu dengannya, akhirnya orang-orang turut menyapu mengikutinya."
Sanad kisah ini bagus, dan inilah yang dipilih oleh al-Hafizh Dhiyaudin al-Maqdisi dalam kitabnya al-Mustakhraj dan kami juga telah berbicara mengenai para perawinya dalam kitab kami yang kami khususkan dalam Musnad Umar dan hadits-hadits marfu' yang telah diriwayatkannya, ataupun yang diriwayatkan darinya berupa atsar-atsar yang mauquf sesuai dengan bab fiqh. Alhamdulillah bagiNya segala puji.
Perbezaan Mengenai Tarikh Penaklukan Baitul Maqdis
Saif berkata, "Umar berangkat ke Baitul Maqdis dari arah Jabiyah tepatnya pada tahun 15 H. Padahal kudanya dalam keadaan sakit, [149] maka mereka datang membawakan untuknya kuda Romawi yang disebut Barzawan, dan Umar pun menaikinya. Ternyata kuda tersebut berjalan dengan melompat-lompat liar, akhirnya Umar segera turun dan memukul kuda tersebut sambil berkata, "Semoga Allah tidak mengajarkan kebaikan kepada orang yang telah mengajarimu, ini adalah kuda yang sombong." Sejak itu Umar tidak pernah menaiki kuda Barzawan lagi. Sejak kedatangannnya maka Iliya dan wilayah kekuasaannya berhasil ditakluki oleh Umar secara damai, kecuali Ajnadain yang berhasil ditakluki oleh Amr, serta Qaisariyah oleh Mu'awiyah. [150]
Dalam hal ini Saif banyak ditentang oleh para ulama Sirah, mereka berpendapat bahawa penaklukan Baitul Maqdis pada tahun 16 H.
Muhammad bin Aziz berkata, "Dari Walid bin Muslim, dari Utsman bin Hisn bin Allaq [151] dia berkata bahwa Yazid bin Ubaidah berkata, 'Baitul Maqdis ditaklukkan pada tahun 16 H dan pada tahun itu pula Umar datang mengunjungi Jabiyah.' Ya'qub bin Sufyan berkata, 'Penaklukan Jabiyah dan Baitul Maqdis terjadi pada tahun 16 H'." [152]
___________________________________________________________
139 - Lihat Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk 3/607, di sini penulis kitab ini memasukkan penaklukan Baitul Maqdis dalam kejadian tahun 15 H, dia menyebutkan riwayat lainnya dari Jalan Saif bin Umar dari Abu Utsman dan Abu Haritsah bahwa peperangan ini terjadi di bulan Rabiul Akhir tahun 16 H. (3/610).
140 - Lihat al-Azdi, Futuh as-Syam, hlm. 249.
141 - Ath-Thabari, Tarikh al-Umam wa ar-Rusul, 3/607.
142 - Ibid, 3/608.
143 - Lihat Khutbah ini di Musnad al-Imam Ahmad, 23/85 dari al-Fathu ar-Rabbani. Dan di dalamnya, "Barangsiapa menginginkan bau syurga. "
144 - Iaitu surat al-Isra'.
145 - Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk, 3/609.
146 - Lihat sebuah kota berdekatan Baitul Maqdis, di pintu masuk kota itu kelak Isa bin Maryam akan menyusul Dajjal dan
membunuhnya. (Yaqut, ibidS/15).
147 - Lihat Ibnu Atsir, at-Kamil fi at-Tarikh, 2/502.
148 - Allah berfirman, "Dan kerana kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan kerana ucapan mereka, 'Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah. ' Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikut persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahawa yang mereka bunuh itu adalah Isa, Tetapi (yang sebenar-nya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (An-Nisa: 156-158).
149 - Tawajja al-Faras maksudnya kuda merasa sakit di kukunya. (Ibnu Manzhur op.cit 15/378).
150 - Lihat Ibnu Jarir, Tarikh ar-Rusul, 3/610. Ath-Thabari juga telah menunjukkan adanya riwayat lain sebagaimana yang telah saya (Dr. Muhammad bin Syamil as-Sulami) isyaratkan sebelumnya dari jalan Saif yang isinya sama dengan para perawi lainnya.
151 - Dalam naskhah asli tertulis Allan, dan ini keliru.
152 - Lihat al-Ma'rifah wa at-Tarikh, 3/305
[Imam Ibnu Katsir - Al-Bidayah wan Nihayah]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Terima kasih :)